Zaman sekarang ini semakin lama makin edan. Banyak manusia yang tak menyukai buatan dalam negeri. Entah apa yang dibanggakan dari negara lain. Toh tak jauh beda buatan dalam negeri lebih bermutu. Kan jika kita membeli produk dalam negeri dapat menambah devisa negara. Benar gak ? Lha bangsa Indonesia tak mau mencintai produk bangsanya sendiri. Bagaimana mau bangkit dan maju. Ditambah dengan tumbuhnya cinta dihati para pasangan kekasih. Cinlok yang tak asing lagi terdengar di telinga. Banyak kalangan artis yang memberdayakan cinlok. Dan dilestarikan oleh para kalangan remaja saat ini. Khususnya banyak dikalangan siswa SMA. Dari semua yang ada dikalangan SMA. Satu ini kisah yang paling seru untuk diperbandingkan.
Putra adalah seorang siswa SMA Negeri 1 Malang. Dia anak yang tak pernah diam didalam kelas. Satu hari saja dia tidak masuk kelas, seakan sunyi tanpa kehadirannya. Tetapi jika Putra tak masuk sekolah, ada perempuan sangat senang, dia adalah siswi SMA Negeri 1 Malang, 1 kelas dengan Putra, namanya adalah Putri. Asal mulanya Putri marah dengan Putra saat Putra terus menerus mengejek, meriyok dan menyindir Putri. Karena rasa sakit hati Putra akan cintanya yang tak diterima oleh Putri. Sebelum tersampaikannya ungkapannya itu pada Putri. Putra dan Putri bersikap sewajarnya teman biasa. Tetapi karena ulah Putra yang makin hari dibenci oleh Putri, menjadikan perpecahan dan kesalah pahaman pada mereka berdua. Hingga saat ini Putri masih merasa benci dengan Putra.
Seperti biasanya istirahat pertama, setelah menerima pelajaran selama 4 jam x 35 menit. Putra dan teman-temanya saling bercanda tawa dengan model tertawa yang bervariasi. Iseng-iseng Putra menjahili Putri dari belakang dengan melempar sobekan kertas yang dibentuk bola.
“Siapa ni ... kurang kerjaan aja !”
“Putra lo Put yang lempar bukan aku !”
“Kamu tu usil banget to Put ... jo aneh-aneh to !”
“Corry Putri ... Cuma pengen jailin kamu kok !”
Putri yang tersipu malu mendengar pengakuan Putra yang jujur berbicara dihadapan Putri. Makin lama Putri terbiasa dengan kejahilan Putra. Tak segan-segan putri membalas Putra dengan setimpal kejahilannya. Putrapun menanggapinya dengan penuh canda dan tawa. Senang kepuasan dengan iseng-iseng jahil. Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Hari ini Putri dijemput seperti biasanya oleh ayahnya. Tetapi karena Putri menunggua ayahnya lama sekali. Dia ditawari Putra untuk diantar pulang sampai rumah. Karena arah pulang yang satu arah. Putri dengan senang hati menerima tawaran Putra. Karena Putri tak mau pulang telat, karena bisa dimarahi ibunya. Putra mengantarkan Putri didepan rumahnya.
“Makasih ya Putra, ndak mampir dulu ?”
“Ndak usah makasih, udah ya Putri !”
“Ya ... hati-hati !”
Putri langsung masuk kedalam rumah, membereskan semua perlengkapannya sekolah. Dan segera menyantap makanan yang ada dimeja makan, bersama ibunya dan adik-adiknya. Papanya yang tak bisa pulang lebih awal, karena ada meeting dengan client mendadak dikantor.
“Putri tadi siapa yang nganter kamu pulang ?”
“Bu’ pacarnya mbak Putri !”
“Huys ... Farah aneh ... aneh. Bukan ... tadi temanku 1 kelas namanya Putra. Tadi ayah telefon g’ bisa jemput, trus aku dibonceng Putra ya mau aja !”
Setiap hari tak pernah telat, tak mengenal waktu ataupun tempat, Putra selalu mzan dengan Putri. Putri yang menanggapi dengan penghilang rasa bosan, sentuk ataupun BT. Semakin terbiasa dengan tingkah laku Putri.
Pukul 15.00 Putri bersiap-siap untuk pergi mengikuti ekstra renang di Mutiara tempat pemandian. Ratna yang lupa akan janjinya dengan Putri untuk menjemput Putri. Ratna yang enak-enakan tidur dengan pulasnya. Tersentak kaget mendengra telfon dari Putri.
“Hallo Put ... da apa ?”
“Ratna ... jadi gak ... tes renang lo !”
“Eh ... ya ... ya ampun Put ku lupa !”
“Sek tunggu bentar yo ... tenang ... tenang bisa ngebut. Oke tunggu bentar !”
“Ya cepat lo Rat ... tak tunggu, hati-hati !”
“Ya ... ya”
Ratna segera ganti baju dan meyiapkan perlengkapan renang akan masuk kedalam ransel. Dengan terburu-buru ia memarahi semua yang ada dirumahnya. Segera Ratna tancap gas menuju rumah Putri dengan kecepatan 80 km / jam. Mereka datang sudah banyak teman sekelasnya sudah menanti di dalam kolam. Mereka segera ganti baju dan siap untuk menjalankan tes. Semuanya sudah mengikuti tes, tinggal Ratna dan Putri. Jadi mereka berdua harus balap renang untuk tes renang kali ini. Pak Kurnia yang mengambil nilai dari masing-masing kemampuan para siswa. Ratna yang memenangkan lomba melawan Putri kali ini. Menambah nilai plus untuk Ratna. Putra mengejek Putri karena kalah melawan Ratna. Putri membalasnya dengan menyipratkan air ke Putra. Dan Putra membalasnya kembali dengan mencipratkan pada Putri. Adegan itu terus berlanjut sampai ada salah satu yang mengalah.
“Putra sudah ! dingin tau”
“Halah putri ... Putri ... Huh ... payah. Puti kalah”
Biarin EGP, dah capek”
Mei yang ketua regu hari itu mentraktir semua anggotanya dikantin kolam renang Mutiara. Putri yang datang terlambat tak dapat bagian. Semua sudah bubar. Segera Ratna memakan es krimnya dan mengajak pulang Putri. Putra mengaku bahwa dia sudah menaruh hati pada Putri. Dan berharap agar cintanya diterima oleh Putri. Putra terlalu cinta pada Putri sampai diketahui oleh semua teman sekelasnya. Ozin teman sekelas Putra yang mengetahui perasaan pada Putri. Putri selalu mengolok-olok Putra dengan Putri. Putri yang merasa terganggu dengan olokan itu. Tak hanya Ozin saja banyak teman yang lain mengejeknya. Putra yang tersipu malu, sedangkan Putri yang merasa jengkel akan semua ejekan. Sikap Putra kepada Putri berubah. Bahasa SMS sudah berubah, maksud ingin Putri menjadi bidadari hati dalam hidupnya. Putri merasa terganggu dan tak mau Putra sakit hati lebih lama. Karena Putri tak suka pada Putra dan menganggapnya hanya sebagai teman biasa.
Sikap Putri yang menghindar pada Putra semakin terlihat jelas. Putra mengerti bahwa cintanya bertolak belakang tanpa balas oleh Putri. Putra yang sering curhat dengan Ratna teman sebangku Putri akan perasaannya pada Putri. Ratna memahami betul akan perasaan Putra pada Putri. Tetapi kesalahan Putra juga karena terlalu over akan sikapnya pada Putri. Sehingga Putri tak suka akan sikap dan tingkahmu yang clometan didalam kelas.
Ingin berubah juga sudah terlambat, memang sulit untuk memikat hati Putri, disakiti satu kali sulit untuk meminta maaf padanya. Meskipun kesalahan sedikit tetapi memang menyinggung hatinya. Tetapi Putra tak menaruh dendam padanya. Pada hari kasih sayang identik dengan hari coklat. Pagi-pagi sekali Putri sudah datang. Duduk dibangkunya sambil mendengarkan lagu lewat handphonenya. Tak disangka Putra datang lebih apgi dan memang disengaja untuk memberikan kado pada Putri atas permintaan maafnya pada Putri.
“Pagi Putri ... ni kado buat kamu, met hari valentine ya !”
“Eh apa ni Putra ... ndak, ndak, apa ni ndak mau ... ndak usah !”
“Udah to ! Mohon diterima, maafin aku ya !”
“Ya udah makasih banyak.”
Pulang sekolah Putri dan sederet bangkunya tak meninggalkan sekolah lebih dahulu. Putri membagi dan menikmati kado dari Putra bersama-sama temannya. Ternyata setelah dibuka isinya coklat yang banyak sekali. Semua segera berebut. Putri tak mau memakanya karena tak menyukai Putra. Entah apa yang membuat putri sebenci itu dengan Putra sampai-sampai tak menikmati pemberian di hari kasih sayang ini kepada Putri.
“Put ... enak lo coklate pech Putra suka banget ma kamu sampai ngasih kado segala. Coba dech kamu makan ! nanti nyesel”
“Ku dah kenyang Rat ... kamu makan ma teman-teman aja !”
Sesampainya dirumah Ratna melihat hpnya di atas meja belajar bergetar. Ternyata Putra yang menelfon, segera Ratna menaruh tas dan melepas sepatunya. Bergegas dia langsung mengangkatnya.
“Halo ada apa Put ?”
“Eh tadi kadonya siapa yang makan ?”
“Teman-teman smua, tapi Putri tak makan, alasannya sudah kenyang”
“Aku jadi g’ enak sama Putri, padahal kado itu adalah perwujudan minta maafku padanya”
“Kamu tu gimana to Put jelas-jelas ini hari valentine, kalau kamu mau minta maaf kasih surta gitu !”
Bodohnya Putra tak memberi kartu ucapan minta maaf pada putri. Putra mendapat saran dari Ratna untuk minta maaf langsung dengan Putri. Pulang sekolah Putri mengikuti kegiatan ekstra PMR bersama Ratna. Pulang PMR sekitar pukul 16.30 WIB. Ratna beralasan pada Putri tidak bisa mengantarkannya pulang karena sudah janji dengan Mei untuk mengantarkannya membeli kado untuk pacarnya. Kebetulan Putra juga pulang agak siang karena ekstra remas. Karena Putri tak ada yang mengantar dan menjemputnya pulang. Putri terpaksa menerima tawaran Putra untuk diantarkan pulang. Putra tak membuang kesempatan ini untuk minta maaf pada Putri.
“Putri kamu lapar ndak ? cari makan yuk !”
“Ah ... ndak usah makasih”
“tapi muka kamu pucat, kamu pagi belum sarapan kan ? Plis satu kali ini aja ! ya ... ya ... mohon”
“Ya boleh”
Segera Putra menuju warung makan disamping perempatan. Putra memesan dan Putri memesan dengan berbagai macam pilihan menu. Ratna segera mandi dan ganti baju, menuju rumah Mei. Mei sudah berdiri di depan teras rumahnya. Mata Mei tertuju pada sebuah toko muslim yang ada pada benaknya hanya Diki, pacarnya. Mei segera memilih sebuah sarung untuk Diki di hari ulang tahunnya. Ratna menyetujui akan kado yang diberikan oleh Mei pada Diki. Karena sarung, dapat dijadikan kenangan saat sholat dan selalu dipakai oleh Diki. Sepulang belanja Mei meminta Ratna untuk membungkuskan kado untuk Diki.
“kring ... kring ...”
“Halo ada apa Dik”
“Kak aku jemputen, ibu g’ bisa jemput”
“Ya tunggu sebentar !”
Ratna segera menjemput adiknya di temapt adiknya mengikuti LBB di luar sekolah.
“Assalamu’alaikum ... thok ... thok ... ibu ... bu ... Putri pulang !”
“Lho mana ibu kamu Put ?”
“G’ tau g’ seperti biasanya !”
“Coba kamu hubungi !”
“Hpku didalam rumah”
“Nih pakek Hpku aja !”
“Makasih ya Putra, aku jadi ngrepotin kamu !”
“Agh gpp ikhlas kok temenan ma kamu !”
Putri gelisah karena ibunya dihubungi sulit dan merasa tak enak dengan Putra. Putra yang rela menemani putri menunggu ibunya. Sampai bedug maghrib ibu Putri belum juga datang. Putra mengajak Putri untuk melaksanakan sholat maghrib jama’ah di masjid samping rumah Putri. Setelah menunaikan sholat maghrib berjamaah. ½ jam kemudian ibu Putri pulang. Putra segera berpamitan untuk pulang karena sudah malam. Putri mengucapkan banyak terima kasih pada Putra karena disetiap Putri kesulitan yang selalu membantu hanya Putra. Tiba dirumah Putra dimarahin ayahnya karena pulang malam dan masih memakai seragam sekolah. Putra menceritakan sejujurnya kepada ayahnya. Tetapi beliau tak percaya akan alasan Putra. Putra dihukum, mulai besok sekolah naik kendaraan umum. Dan pulang harus tepat waktu tak ada alasan apapun.
Putri mengomel-ngomel pada ibunya karena merasa tak enak dengan Putra. Di rumah putri merasa gelisah, takut kalau putra dimarahin orang tuanya.
“Pasti dimarahin oleh orang tuanya Putra terlambat pulang kerumah gara-gara nemenin aku nungguin ibu”
Segera Putri menelfon Ratna untuk menemaninya pergi ke rumah putra. Karena merasa bersalah dengannya. Ratna bersedia dan baru saja Ratna pulang menjemput adiknya. Dia harus kembali mengantar Putri ke rumah Putra tanpa makan malam sebelumnya. Sesampainya dirumah Putra, Ratna dan Putri saling sanggah-menyanggah untuk salam pada Putra.
“Assalamu’alaikum”
“Waalaikum salam”
“Putra ada bu ?”
“Ada, o kamu teman sekelasnya ya. Pasti Putri kan dan ini Ratna”
“Kok ibu tau, Putra sering cerita tentang kalian apalagi cerita tentang Putri. Ah ... anak muda jaman sekarang. Oh ... ya mari duduk, sebentar ibu panggilin Putra, mungkin dia masih makan. Sebentar ya ?”
“Ya ... ya ... bu mari !”
Putra segera merapikan dirinya dan segera menyambut Putri. Ratna dan Putri merasa bersalah terutama Putri karena telah merepotkan Putra. Setelah Putri minta maaf pada Putra, Putri meminta Putra untuk memanggil kedua orang tuanya untuk meringankan beban dan hukuman Putra.
Putri menjelaskan dan minta maaf atas kesalahan putra, gara-gara menemaninya menunggu ibunya. Akhirnya kedua orang tuanya mengerti dan percaya pada Putra maupun Putri. Dan keputusan ayahnya menghukum Putra dibatalkan. Ayahnya juga berharap untuk tidak mengulangi perbuatan mereka berdua. Dan utamakan belajar jangan berpacaran. Mengejar cita-cita lebih baik dan perlu dukungan dari seorang teman. Setelah masalah selesai Ratna dan putri segera berpamitan, karena malam semakin larut. Dan dipandang tak sedap oleh tetangga anak perempuan pulang malam-malam. Sejak kejadian yang dialami oleh Putri, membuka hatinya akan kesalahan pada putra. Membuat Putri tersadar dan merasa bersalah pada Putra.
Disekolah Putra bersikap pendiam, berubah menjadi pemalu. Putri juga merasa bersalah terhadap perubahan sikap Putra. Semua teman-temannya bertanya-tanya akan perubahan Putra. Tetapi Putra masih malu akan kejadian masa lalu, cintanya tak sampai ke Putri sudah ditolak. Putri meyakinkan agar Putra bersikap biasa terhadapnya. Sikap dan perubahan tingkah laku mereka. Membuatnya menjadi sahabat yang slalu ada disaat duka maupun suka. Dan menulis janji untuk jadi sahabat dan janji untuk jadi teman yang menemani dikala susah dan senang.