Next

Kamis, 14 Juli 2011

mandi kopi

AKU MASIH DISINE DENGANMU...
MANDI KOPI

By :  Rian
Leondri17@gmail.com



          Nongkrong di kota....
Briyan, Piko, Jathu, Nick, Emon, dan Emin bergerombol dipinggir jalan tol. Mereka selalu meluangkan waktunya untuk nongkrong bareng, meski tak punya duit penting kumpul ma temen.
            Emon dan Emin, mereka saudara kembar. Perawakan, rupa dan tingkahnya sama. Masalah isi hatinya, Emon yang paling jelek suka mainin perasaan cewek. Sedangkan Emin, setia dengan pasangannya meskipun dia lebih sering disakiti daripada menyakiti, kepolosan Emin sering dimanfaatin para cewek untuk menyakitinya. Mereka berdua saling mencurahkan isi hatinya ketika sedang gundah. Nggak seperti umumnya, anak cowok kembar yang mau curhat dengan kembarannya. Masalah pertemanan, persaudaraan, pribadi, sampai masalah pacar. Saling terbuka satu sama yang lain, menambah keharmonisan hubungan persaudaraan mereka. Emon dan Emin setiap hari tidur bersama tetapi tak seranjang.

By :  Rian
Leondri17@gmail.com




            Pulang sekolah didepan gerbang, Briyan, Piko, Jathu, Nick, Emin sedang menunggu Emon. Dia sedang asyik pacaran dengan Lena dilapangan basket. Tak sabar menunggu Emon, mereka berlima, cabut pulang duluan. Emon memanfaatkan Lena untuk mendekati Mita, teman sekelas Lena. Mita adalah gebetan Emon selanjutnya. Lena merupakan perempuan ke-6 yang akan menjadi mantan Emon,  semua mantannya berada 1 sekolah dengannya. Setiap kali Emon bertemu mantan-mantannya, jurus utama yang dikeluarkan bersikap acuh pada mereka. Belagak nggak kenal, seakan tak pernah terjadi apapun. Emin mengetahui seluk-beluk Emon, dan siapa target selanjutnya. Hanya bisa menuturi, tapi tak pernah digubris dengannya. Emin yang sekali pacaran diputusin cewek, nggak terbesit keinginan untuk mencari pacar lagi. Sepulang dari rumah Emon merebahkan badannya di springbed, Emin langsung terbangun karena terasa ada guncangan. Ranjang Emin yang berada diatas ranjang Emon.
            “Huft........payah-payah”
            “Lu, kenapa man?”, Emin menuruni tangga, dan berpindah keranjang Emon.
            “Gue, bingung min. Bagaimana cara buat mutusin Lena. Alasan apa lagi ya? Hegh.....”, memberantakan rambutnya, sembari melempar dasi dari seragamnya.
            “Mon....Emon. Nggak baik lu,
            kena hukum karma baru tau rasa lu”, Emin meninggalkan Emon yang sedang bingung diatas ranjangnya.
            Eh....min. lu mau kemana,
            bantuin gue dong!”
            “Bosen gue dengerin masalah lu,
            Capek tau. Lu disaranin baik-baik.
            Gue nggak dipedulikan”.
            “Payah lu min, hidup itu butuh sensasi”, menyeleweng dari nasehat Emin.
            “Sensasi nyakitin hati cewek maksudmu”. Emon menelan ludah mendengar Emin berkata demikian. Dari lubuk hati Emon yang terdalam sebenarnya dia menyadari akan jalan yang ditempuhnya salah.
            Hujan mengguyur bumi, meredam hati yang panas. Lena menangis dan berlari pulang, karena dia melihat Emon duduk berdua dengan Mita. Tak hanya duduk bersampingan, tetapi Lena melihat Emon sedang mencium tangan Mita. Lena tak menduga, Emon sejahat itu dengannya. Sejak kejadian itu hubungan Emon dengan Lena bungkam tanpa status. Dibilang pacaran juga nggak dibilang putus hubungan juga nggak. Mereka diam, tak saling menyapa. Emonpun tak menanyakan kelanjutan hubungannya. Mita mulai menjauhi Lena, padahal Lena tak menaruh dendam padanya.
            “kenapa Mita menjauhiku, padahal aku tak sedikitpun marah padanya”, Lena berkata dalam hati, berdiri menatap Mita yang berjalan membelakanginya menjauh, seraya menghindar dari Lena. Lena menyadari, bahwa Emonlah yang bersalah memainkan perasaan perempuan. Lena hanya bisa menyesali, karena dia sudah termakan rayuan Emon. Sakit hati ini sangat membekas direlungnya. Entah kenapa tak ada niat untuk membalas rasa sakit ini pada Emon.
            Selesai main game bersama Briyan, Piko, Jathu, dan Nick, Emon pulang kerumah, dia berjalan denga cepat karena langit mendung. Takutnya dia kehujanan. Padahal 2 jam yang lalu hujan reda kenapa sekarang langit mendung, mau turun hujan lagi kayaknya.
            Malam hari, pukul 18.0 WIB.........
Mita bersama Nining, Neni, Lita, Irma, Desi pergi kerumah Lena. Mereka adalah mantan-mantannya Emon.


            “Tok....tok....”, Mita mengetuk pintu rumah Lena.
            “Iya, sebentar”, teriak Lena dari dalam, berjalan menuju pintu untuk menyambut siapa tamu yang mengetuk pintu. Dibukakan pintunya, Lena terkejut dan tak mengira bahwa yang datang adalah Mita. Mita langsung memeluk lena, “Len....maafin aku”.
            “Iya......, ayo silahkan duduk dulu. Lhoh....Nining, Neni, Lita, Irma, Desi kalian juga ikut?”
Mereka hanya tersenyum dengan Lena, kini Mita membuka pembicaraan. Maksud kedatangannya bersama mereka ini untuk membicarakan masalah Emon. Lena, mulai mengerti, kenapa yang datang kerumahnya perempuan yang ada hubungannya dengan Emon. Sebelum merundingkan masalah Emon, Lena permisi kebelakang untuk membuatkan minum dan menghidangkan kue. Mita mengusulkan untuk memberi pelajaran pada Emon. Awalnya Lena ragu akan usul Mita. Setelah mendapat bujukan yang lainnya Lenapun menyetujuinya. Meskipun masih tercermin diwajahnya sedikit keraguan. Mereka merencanakan sesuatu yang pastinya bakalan jadi pengalaman yang tak dilupakan oleh Emon.
            Cafe Gege, tempat kumpul para remaja. Tentunya dengan suasana cafe yang bernuansa romantis, ditambah dengan pemandangan air mancur plus taman ditengah cafe. Mita mengajak Emon makan di Gege cafe. Dengan senang hati Emon menyanggupi ajakan Mita, tanpa merasa curiga kepadanya. Sementara Lena, Neni, Lita, Irma, dan Desi mempersiapkan sesuatu untuk menggarap Emon. Mereka menunggu kode dari Mita sekiranya tepat.
            “Mbak............”, panggil Emon kepada karyawan cafe.
            “Iya, mas pesan apa?”
            “Kamu apa Mit?”, tanya pada Mita dengan mesra.
            “Cofee”, singkat dengan pandangan sinis ke Emon. Saat Emon menatapnya, kembali ia memasang tampang yang manis.
Mendengar kode dari Mita, mereka mengambil secangkir kopi dan membawanya menuju meja Emon dan Mita. Mereka berada dibelakang Emon, mengelilinginya. Desi memulainya, ia menyapa “Hy.........Emon, inget nggak sama aku”, Emon menengok kebelakang dia mlongo melihat mantan-mantannya berkerumun dengan masing-masing memegang secangkir kopi.
            “Apa-apaan ini”.
            “Udahlah, kamu duduk aja! Nikmatin makan malammu”. Kata Desi sinis karena tak sabar menunggu. Teman-temannya Mita berdiri, mengambil secangkir kopi yang dipesannya.
            “Emon, aku mau kita putus”, menggrujukkan kopi kerambut Emon tanpa rasa takut. Disusul Desi, “Emon sayang, mau nggak jadi pacarku.
            Hahaha”, kali ini Desi menggujurkan kepundaknya sebelah kanan.
            “Emon ...........honey, kamu nyebelin huhuhu”. Neni mengguyurkan dengan kopi dibahu belakangnya. Emon hanya terpaku duduk menunduk karena dia tahu dan menyadari akan kesalahannya dengan mereka.
            “Baby......kamu mau kopi”, “Byuurrr”, tepat didepan muka Emon, diapun memejamkan matanya. Irma tak merasa kasihan dengan Emon, baginya laki-laki playboy seperti Emon harus dikasih pelajaran. Lita bersiap-siap menuangkan kopi ke pundaknya sebelah kiri. “Cintaku padamu sebesar cintamu padaku, ini buat kamu Mon”.
Giliran Lena, dia tak tega melihat Emon terpaku, dan tertunduk tak bergumim sedikitpun. Teman-temannya mengujuk-ngujuki Lena agar segera mngguyur Emon. Dengan tak tega Lena melakukannya, “Emon, maafin aku dan teman-temanku. Aku harap kamu bisa berubah. Wanita itu ada bukan untuk disakiti tetapi disayangi”. Lena berlari keluar menginggalkan Emon dan temannya. Mita, Desi, Irma, Neni, dan Lita menyusulnya dan meninggalkan Emon.




By :  Rian
Leondri17@gmail.com


TAK DIBALAS KEBENCIAN

TAK DIBALAS KEBENCIAN

Berawal dari sebuah pengkhianatan karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kisah ini, adalah kisah seorang temanku yang bernasib malang. Pengkhianatan berujung kebencian dan putusnya silaturahmi.



Senja disore hari................
Sepulang kerja Agung bergegas mandi kemudian menunaikan ibadah sholat Ashar. Agung mempunyai pacar, namanya Tasya. Dia adalah tetangganya sendiri. Hubungan mereka berjalan 5 bulan. Tasya bekerja di counter milik ayahnya, sedangkan agung bekerja sebagai supervisor di dealer mobil. Selama ini hubungan mereka mlai sedikit renggang karena Tasya sedikit menghindar dari Agung.
Malam ini Agung berniata main kerumah Tasya, seperti biasa dia mengendarai sepeda motornya Mega Pro 2009. Tasya yang saat itu berada dikamar, sedang berbincang-bincang lewat telfon dari seorang laki-laki. Mendengar suara motor Agung, Tasya segera berpamitan untuk menutup telfonnya.
“Assalamualaikum”.
Waalaikumsalam, masuk gung”. Tasya menyilahkan Agung untuk duduk sembari memasukkan Hpnya ke saku samping celananya. Orang tua Tasya sudah mengenal Agung dan keluarganya. Mereka setuju dengan hubungan Tasya dan Agung namun nereka tidak menyukai kondisi keluarga Agung karena broken home. Tasya bersikap dingin ketika Agung main kerumahnya. Agungpun mulai bertanya, kenapa akhir-akhir ini Tasya berubah. Tasya tidak menjawabnya dengan jujur, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sebenarnya Tasya sedang dekat dengan laki-laki yang menelponnya tadi. Micko, dia lebih dari Agung dilihat dari segi materi. Tasya mengenal Micko 2 minggu yang lalu, saat dia membeli pulsa di counter yang ditungguinnya. Sejak itu, mereka saling berkenalan dan tukar-tukaran no. Hp. Agung jarang menengok Tasya saat bekerja dicounter, karena Agung sendiri juga bekerja. Terkadang ia sempatkan untuk menengok, memastikan Tasya kalau dia baik-baik saja. Agung lebih sering datang kerumah Tasya daripada mengajaknya untuk keluar rumah. Jika hari libur kerja, Agung menyempatkan waktu untuk pergi keluar bersama Tasya.
Tanpa sepengetahuan Agung, Tasya menjalin hubungan dengan Micko. Micko tak memeperdulikan hubungan Tasya dengan Agung, terenggang karenanya. Tasya sudah termakan rayuan Micko, niat Micko dengan Tasya hanya untuk membuatnya senang.
Di warung pojok milik Pak Nambar.......
Dipenuhi pelanggan jam istirahat makan siang, menu makanan yang di idolakan para pembeli. Tersedia gado-gado, rujak sayur, rujak cingur, nasi gudeg dan masih banyak lagi. Siang itu Agung menemui Tasya di warung Pak Nambar.
“Tas, ada perlu apa kamu mau ketemu aku?”. Tanya Agung penasaran sambil duduk disamping Tasya yang sedang menyantap sepiring gado-gado. Spontan Tasya menengok kesamping, melihat Agung yang datang dengan nafas tersengal-sengal.
“Aduh .....duduk dulu gung, ni minum!”
Menyodorkan segelas es teh, Agung segera menghabiskan segelas es, dia terburu-buru untuk menemui Tasya, karena Tasya menelfon Agung untuk memintanya datang dengan cepat.
“Ada apa Tas?”
“Maaf gung, aku....”. Tasya menundukkan kepalanya. Dengan menggenggam tangan Agung erat, wajah Tasya yang tertutupi oleh rambutnya. Agung merasa bingung dan bertanya-tanya dalam hatinya.
“Kenapa Tas......”, menggenggam tangan Tasya erat.
“Aku mau kita putus”.
“Kamu mau kita putus, tapi aku nggak mau putus dengan kamu”. Agung melepaskan genggamannya, perlahan Agung mengangkat dagu Tasya agar dia melihatnya.
“Aku sudah bosan dengan hubungan ini?”
“Alasan kamu apa?, apa salahku?”. Menatap matanya tajam seakan tak menyetujui kemuan Tasya.
“Aku butuh perhatian lebih dari kamu, tapi kamu nggak pernah kasih itu buatku”.
“Memang, aku kurang memperhatikan kamu tas, karena aku harus membagi waktu antara kamu, keluarga, pekerjaan dan diriku sendiri”. Agung menjelaskan dengan mata sayup menatap Tasya yang bersikap tak perduli. Tasya beranjak dan kembali ke counter dengan meninggalkan Agung yang terduduk lemas menatap Tasya pergi dari hadapannya. Kini putuslah hubungan mereka berdua. Malam harinya Tasya menerima permintaan Micko untuk menjadi pacarnya. Dia meninggalkan Agung hanya demi micko.
Sebulan berlalu...............
Micko meninggalkan Tasya setelah merenggut keperawananya. Tasya menyesali semuanya, tetapi entah kenapa dia justru membenci Agung akan apa yang terjasi dengannya. Orang tua Tasya mengetahui dia hamil dengan Agung. Sebenarnya Tasya hamil karena Micko. Orang tua Tasya tidak mengetahui kalau mereka sudah tidak berpacaran lagi. Entah kenapa malam itu, keinginan Agung untuk berkunjung kerumah Tasya semakin menggebu. Berniat untuk silaturahmi Agung berjalan menuju rumah Tasya. Terdengar dari luar, ayah Tasya sedang marah-marah terbesit rasa ragu untuk bertamu.
“Assalamualaikum....tok-tok-tok”.
“Waalaikumsalam, eh nak Agung, mari masuk! Silahkan duduk”. Sambut Ibu Tasya ramah. Ayah Tasya segera keluar menemui Agung, saat itu wajahnya menyimpan amarah yang membludak.
“Mau apa kamu datang kemari?,
tega kau buat anakku seperti ini.
Dasar laki-laki hidung belang”. Menunjukkan jariya didepan dahi Agung. Agung terdiam tak mengetahui sebab kenapa ayah Tasya marah padanya.
“Maaf, Pak......maksud bapak bagaimana?”
“Halah nggak usah banyak omong kamu”.
“Sabar Pak, tenagn jangan keras-keras malu didengar tetangga”. Ibu Tasya mencoba menenangkan Pak Suto.
“Pak Suto, kalau maslah ini menyangkut putri bapak, saya sudah putus dengan Tasya sebulan yang lalu, jadi saya tidak tahu menau tentang masalah ini. Kenapa Bapak menyalahkan saya?”
Pak Suto beranjak masuk kedalam menyeret Tasya akeluar dari kamar, Tasya terlihat sedih dengan wajah yang berlinangan air mata. Tasyapun mengakui kalau Micko yang membuatnya hamil bukan Agung. Agung terpukul mendengar pengakuan Tasya, kini dia tak bisa berharap untuk menikahimya. Tasya menyesal telah memutuskan Agung. Kini dia harus menanggung akibat yang menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang perempuan hanya karena kenikmatan sesaat berbuah penyesalan.



                                                                                                                        Rian
E-Mail : Leondri17@gmail.com
http://riandri-mahakarya.blogspot.com