AKU MASIH DISINE DENGANMU...
MANDI KOPI
By : Rian
Leondri17@gmail.com
Nongkrong di kota....
Briyan, Piko, Jathu, Nick, Emon, dan Emin bergerombol dipinggir jalan tol. Mereka selalu meluangkan waktunya untuk nongkrong bareng, meski tak punya duit penting kumpul ma temen.
Emon dan Emin, mereka saudara kembar. Perawakan, rupa dan tingkahnya sama. Masalah isi hatinya, Emon yang paling jelek suka mainin perasaan cewek. Sedangkan Emin, setia dengan pasangannya meskipun dia lebih sering disakiti daripada menyakiti, kepolosan Emin sering dimanfaatin para cewek untuk menyakitinya. Mereka berdua saling mencurahkan isi hatinya ketika sedang gundah. Nggak seperti umumnya, anak cowok kembar yang mau curhat dengan kembarannya. Masalah pertemanan, persaudaraan, pribadi, sampai masalah pacar. Saling terbuka satu sama yang lain, menambah keharmonisan hubungan persaudaraan mereka. Emon dan Emin setiap hari tidur bersama tetapi tak seranjang.
By : Rian
Leondri17@gmail.com
Pulang sekolah didepan gerbang, Briyan, Piko, Jathu, Nick, Emin sedang menunggu Emon. Dia sedang asyik pacaran dengan Lena dilapangan basket. Tak sabar menunggu Emon, mereka berlima, cabut pulang duluan. Emon memanfaatkan Lena untuk mendekati Mita, teman sekelas Lena. Mita adalah gebetan Emon selanjutnya. Lena merupakan perempuan ke-6 yang akan menjadi mantan Emon, semua mantannya berada 1 sekolah dengannya. Setiap kali Emon bertemu mantan-mantannya, jurus utama yang dikeluarkan bersikap acuh pada mereka. Belagak nggak kenal, seakan tak pernah terjadi apapun. Emin mengetahui seluk-beluk Emon, dan siapa target selanjutnya. Hanya bisa menuturi, tapi tak pernah digubris dengannya. Emin yang sekali pacaran diputusin cewek, nggak terbesit keinginan untuk mencari pacar lagi. Sepulang dari rumah Emon merebahkan badannya di springbed, Emin langsung terbangun karena terasa ada guncangan. Ranjang Emin yang berada diatas ranjang Emon.
“Huft........payah-payah”
“Lu, kenapa man?”, Emin menuruni tangga, dan berpindah keranjang Emon.
“Gue, bingung min. Bagaimana cara buat mutusin Lena. Alasan apa lagi ya? Hegh.....”, memberantakan rambutnya, sembari melempar dasi dari seragamnya.
“Mon....Emon. Nggak baik lu,
kena hukum karma baru tau rasa lu”, Emin meninggalkan Emon yang sedang bingung diatas ranjangnya.
Eh....min. lu mau kemana,
bantuin gue dong!”
“Bosen gue dengerin masalah lu,
Capek tau. Lu disaranin baik-baik.
Gue nggak dipedulikan”.
“Payah lu min, hidup itu butuh sensasi”, menyeleweng dari nasehat Emin.
“Sensasi nyakitin hati cewek maksudmu”. Emon menelan ludah mendengar Emin berkata demikian. Dari lubuk hati Emon yang terdalam sebenarnya dia menyadari akan jalan yang ditempuhnya salah.
Hujan mengguyur bumi, meredam hati yang panas. Lena menangis dan berlari pulang, karena dia melihat Emon duduk berdua dengan Mita. Tak hanya duduk bersampingan, tetapi Lena melihat Emon sedang mencium tangan Mita. Lena tak menduga, Emon sejahat itu dengannya. Sejak kejadian itu hubungan Emon dengan Lena bungkam tanpa status. Dibilang pacaran juga nggak dibilang putus hubungan juga nggak. Mereka diam, tak saling menyapa. Emonpun tak menanyakan kelanjutan hubungannya. Mita mulai menjauhi Lena, padahal Lena tak menaruh dendam padanya.
“kenapa Mita menjauhiku, padahal aku tak sedikitpun marah padanya”, Lena berkata dalam hati, berdiri menatap Mita yang berjalan membelakanginya menjauh, seraya menghindar dari Lena. Lena menyadari, bahwa Emonlah yang bersalah memainkan perasaan perempuan. Lena hanya bisa menyesali, karena dia sudah termakan rayuan Emon. Sakit hati ini sangat membekas direlungnya. Entah kenapa tak ada niat untuk membalas rasa sakit ini pada Emon.
Selesai main game bersama Briyan, Piko, Jathu, dan Nick, Emon pulang kerumah, dia berjalan denga cepat karena langit mendung. Takutnya dia kehujanan. Padahal 2 jam yang lalu hujan reda kenapa sekarang langit mendung, mau turun hujan lagi kayaknya.
Malam hari, pukul 18.0 WIB.........
Mita bersama Nining, Neni, Lita, Irma, Desi pergi kerumah Lena. Mereka adalah mantan-mantannya Emon.
“Tok....tok....”, Mita mengetuk pintu rumah Lena.
“Iya, sebentar”, teriak Lena dari dalam, berjalan menuju pintu untuk menyambut siapa tamu yang mengetuk pintu. Dibukakan pintunya, Lena terkejut dan tak mengira bahwa yang datang adalah Mita. Mita langsung memeluk lena, “Len....maafin aku”.
“Iya......, ayo silahkan duduk dulu. Lhoh....Nining, Neni, Lita, Irma, Desi kalian juga ikut?”
Mereka hanya tersenyum dengan Lena, kini Mita membuka pembicaraan. Maksud kedatangannya bersama mereka ini untuk membicarakan masalah Emon. Lena, mulai mengerti, kenapa yang datang kerumahnya perempuan yang ada hubungannya dengan Emon. Sebelum merundingkan masalah Emon, Lena permisi kebelakang untuk membuatkan minum dan menghidangkan kue. Mita mengusulkan untuk memberi pelajaran pada Emon. Awalnya Lena ragu akan usul Mita. Setelah mendapat bujukan yang lainnya Lenapun menyetujuinya. Meskipun masih tercermin diwajahnya sedikit keraguan. Mereka merencanakan sesuatu yang pastinya bakalan jadi pengalaman yang tak dilupakan oleh Emon.
Cafe Gege, tempat kumpul para remaja. Tentunya dengan suasana cafe yang bernuansa romantis, ditambah dengan pemandangan air mancur plus taman ditengah cafe. Mita mengajak Emon makan di Gege cafe. Dengan senang hati Emon menyanggupi ajakan Mita, tanpa merasa curiga kepadanya. Sementara Lena, Neni, Lita, Irma, dan Desi mempersiapkan sesuatu untuk menggarap Emon. Mereka menunggu kode dari Mita sekiranya tepat.
“Mbak............”, panggil Emon kepada karyawan cafe.
“Iya, mas pesan apa?”
“Kamu apa Mit?”, tanya pada Mita dengan mesra.
“Cofee”, singkat dengan pandangan sinis ke Emon. Saat Emon menatapnya, kembali ia memasang tampang yang manis.
Mendengar kode dari Mita, mereka mengambil secangkir kopi dan membawanya menuju meja Emon dan Mita. Mereka berada dibelakang Emon, mengelilinginya. Desi memulainya, ia menyapa “Hy.........Emon, inget nggak sama aku”, Emon menengok kebelakang dia mlongo melihat mantan-mantannya berkerumun dengan masing-masing memegang secangkir kopi.
“Apa-apaan ini”.
“Udahlah, kamu duduk aja! Nikmatin makan malammu”. Kata Desi sinis karena tak sabar menunggu. Teman-temannya Mita berdiri, mengambil secangkir kopi yang dipesannya.
“Emon, aku mau kita putus”, menggrujukkan kopi kerambut Emon tanpa rasa takut. Disusul Desi, “Emon sayang, mau nggak jadi pacarku.
Hahaha”, kali ini Desi menggujurkan kepundaknya sebelah kanan.
“Emon ...........honey, kamu nyebelin huhuhu”. Neni mengguyurkan dengan kopi dibahu belakangnya. Emon hanya terpaku duduk menunduk karena dia tahu dan menyadari akan kesalahannya dengan mereka.
“Baby......kamu mau kopi”, “Byuurrr”, tepat didepan muka Emon, diapun memejamkan matanya. Irma tak merasa kasihan dengan Emon, baginya laki-laki playboy seperti Emon harus dikasih pelajaran. Lita bersiap-siap menuangkan kopi ke pundaknya sebelah kiri. “Cintaku padamu sebesar cintamu padaku, ini buat kamu Mon”.
Giliran Lena, dia tak tega melihat Emon terpaku, dan tertunduk tak bergumim sedikitpun. Teman-temannya mengujuk-ngujuki Lena agar segera mngguyur Emon. Dengan tak tega Lena melakukannya, “Emon, maafin aku dan teman-temanku. Aku harap kamu bisa berubah. Wanita itu ada bukan untuk disakiti tetapi disayangi”. Lena berlari keluar menginggalkan Emon dan temannya. Mita, Desi, Irma, Neni, dan Lita menyusulnya dan meninggalkan Emon.
By : Rian
Leondri17@gmail.com